Amazing of Batlem

“Hujan masih deras, kulihat langitpun sudah gelap, aku mulai resah jadi ga, ya ikutan Mabit dan Rihlah FLP? Perjalanan jauh mulai terbayang dibenaku, dengan kondisi motor Kimko ku yang sudah tua lampu depannya mati, hanya lampu sen-sen yang bisa diandalkan untuk penerangan…ada rasa ragu yang menyelinap di dada tapi Bismillah, kupersiapkan perlengkapan mabit, Al-qur’an, kerudung, baju ganti dan kaos kaki plus mukena sudah mejeng di tas hmmm apa lagi ya yang belum aku persiapkan…aha….makanan …ya …. di Darul Hasan kan susah banget nyari warung, pasti kelaparan kalo ga bawa makanan.

Setelah meminta restu Ibu, aku berangkat bersama motor kesayanganku, hujan masih deras terasa menusuk-nusuk wajahku yang tidak tertutup kaca helm, karena aku rabun jadi kubiarkan tetap terbuka. Perjalananku begitu sepi melewati pohon-pohon besar , sesekali aku tutupkan kaca helmku karna aku rasa akan lebih baik jika wajahku di tutup karena jalanan masih dihiasi air hujan dan jarang pengendara lainnya.

Lampu sen-sen sebagai penerangan satu-satunya aku atur setiapkali ada belokan, takutnya ada mobil truk yang tidak melihat.

Lagu my big family yang dinyanyikan Maher Zain mengalun di telingaku, menjadi teman setia diantara rimbunan pepohonan dan gelapnya malam.

Setelah berjuang cukup lama, alhamdulillah akhirnya tiba juga di Daarul Hasan, meskipun aku menggunakan jas hujan, tetap saja rok yang ku pakai basah, kerudungnya apalagi, akhirnya aku putuskan menuju kamar mandi tanpa setor wajah dulu. Setelah selesai patut diri aku menuju masjid dan melaksanakan sholat Isha, teman-teman yang lain terutama ketua FLP yang menyambut kedatangaku, mereka sudah ada di Masjid ini sejak tadi sore, karena aku harus melaksanakan tugas mengajar di Tk jadi aku menyusul.

Setelah selesai aku menuju lingkaran acara yang sudah dimulai dan ternyata masih perkenalan, disana ku temukan wajah-wajah baru 3orang laki-laki yang masih imut-imut, satu orang pemuda yang berambut gondrong dan 2orang akhwat selainnya aku sudah mengenal mereka ada ketua FLP Cianjur yang tangguh Najm Laila, pengurus Flp Jabar Def B neehaya, pengurus Flp Cianjur Sima al-khazini, Asri nandarwathi Fathaya, kang Yasir, Hd Gumilang dan Istrinya Eika Vio yang dulu pernah menjabat sebagai ketua Flp Jatinangor , dan yang lainnya anggota Flp Sinta, Eki, Dee Mini, ica dan irvina yang masih sekolah di Darul hasan.

Acara berjalan dengan lancar setelah dapat materi tentang Shodaqoh, ada simulasi, dan inilah yang aku suka…..menulis dan menggambar apa saja di kertas karton plus disediaiin crayon buat diwarnai menyenangkan pokonya, kelompok akhwat semua sepakat menggambar jari tangan ….tapi ada yang merasa minder dengan bentuk tangannya karena besar, dan ternyata semua merasa jari tanggannya besar hahaha…suasana mulai menghangat dengan canda tawa gambar masing-masing, ada yang mengambar princes ada yang diberi warna pelangi, ada yang buat kupu-kupu seperti kembali menjadi anak TK, kalau dikasih ke psikolog bisa-bisa terbongkar kepribadian semuanya.

Malam semakin larut akhirnya setelah ditutup dengan materi sambung ayat, semua peserta dipersilahkan untuk tidur…

Lampu mulai dinyalakan tanda waktu tidur sudah habis, ku lirik jam yang ada di dinding masjid menandakan pukul 03.00, rasanya berat banget buat bangkit dari tempat tidur tapi setelah melihat orang lain berhamburan menyerbu toilet, aku mulai membangkitkan tubuhku membereskan alas tidur dan akhirnya menuju toilet untuk wudhu.

Malam ini rasanya kedamaian mulai menghampiriku, aktivitas sholat tahajud berjamaah, tilawah bersama memberikan kebahagiaan tak ternilai, yang tiba-tiba muncul di dalam hatiku.

Adzan subuh berkumandang, sholat Subuh yang dilaksanakan terasa lebih khusyu kali ini, aku tidak tahu siapa imam sholat yang bacaannya sungguh indah.

Maulida habis ini materi kang Hd ya…? Tanya Sinta seorang bidan yang sangat cantik dan ramah kepadaku,.

Oh iya fotokopian materinya dah dapet belum ?

Udah ini… jawab sinta dengan tersenyum

Udara subuh dingin sekali menusuk tulangku hingga kuputuskan untuk memakai pakaian 2rangkap, karena jaketku sudah basah kuyup semalam kehujanan, udara yang dingin membuatku mengantuk ketika kang hade memberikan materinya.Walaupun mengantuk aku tetap menyimak apa yang disampaikannya, “Dari tulisanlah kita akan abadi dan dikenal oleh anak cucu kita”. Kesimpulanku dari materi kg Hade seperti itu.

Setelah ditutup oleh Mc acara dialanjutnya dengan kegitan pribadi, patut diri dan sarapan

Aku salut kepada teh Najm dia semangat sekali menyiapkan semua konsumsi buat peserta, dari jam 3 subuh dia sudah berangkat menuju pasar untuk belanja, memasak buat makan siang. Dan sekarang jam 7.00 sudah stand by memberikan sarapan buat kita Mantap banget pokonya.

Mobil Pink menuju mangun sudah siap di depan masjid aku masih di toilet sakit perut banget…

“Teh maul….teh…..(suara teh Najm memanggilku ) ayo…mobilnya sudah ada”.Alhamdulillah beres juga sakitnya aku langsung pergi menuju mobil pink. motor kesayanganku dan segala peralatan perbekalan, ku simpan di bagasi. Aku melenggang ke curug Batlem hanya membawa sebotol Axo Air mineral….

Kini jumlah kita berambah dengan Bunda Aisyah dan putrinya yang masih duduk di bangku kelas V SD, Ada satu lagi seorang Dokter namanya dr. Asep yang memakai motor bebeknya berangkat menuju Batlem.

Perjalanan rihlah menuju BATLEM (Batu Lempar ) dimulai…, flang besar menuju GEDEH sudah terlewati, jalan tembusan Gasol yang pernah aku lalui karena belokan curam kini mulai didaki, hamparan batu kerikil, dari mulai ukuran kecil dan sedang menjadi santapan ban mobil jugi…jagi…jugi… jagi…jug,

walaupun menantang perjalannya semua terasa impas dengan hamparan kebun teh yang begitu indah, warna hijau yang menyejukan mata, udara dingin yang mulai terasa menjadi bumbu penyedap perjalanan.

Aku merasakan indahnya ciptaan Allah ini, aah rasanya ingin memeluk hamparan daun teh itu, indah banget I Like Green.

Acara dilanjutkan dengan streaching dipimpin oleh pa dokter, kami semua mengikuti gerakannya dan segar rasanya tubuh ini saat mulai basah dengan keringat.

Ayo teman-teman kita berdoa dulu sebelum pemberangkatan (bu Najm sang ketua memberikan arahan supaya selamat diperjalanannya .)

Pendakian dimulai…pabrik teh sudah terlewat… hamparan kebun teh mulai terlihat, jalan mulai mendaki dan aku merasakan tidak asing dengan tempat ini tapi …apa ya...? oh ya 7 tahun lalu aku pernah kesini bersama teman-teman SMA ah… tapi itu sudah lama sekali kondisinya sudah jauh berbeda dengan sekarang. Sambil berjalan bersama teh sinta, de mini dan dipandu oleh seseorang yang gondrong namanya kang Iman, sang pendaki gunung sejati. katanya sih sudah banyak gunung yang dia taklukan beuh….aku baru seperempat perjalanan saja sudah ngos…ngosan apalagi naik gunung.

Rombongan teh Def dan panitia berada dibelakangku, mereka menyemangatiku dengan canda tawanya, wah mereka masih bisa tertawa sedangkan kondisiku sudah surem, keringat yang bercucuran diwajahku sudah tak ku hiraukan. Apalagi sandal butut yang aku pakai sudah mulai mangap-mangap (sebenarnya aku sengaja pakai sandal ini biar sekalian rusak, kan nanti bisa beli lagi heheh, tapi ternyata malah menyusahkan) perjalanan sudah mulai menurun, dan kali ini lebih menantang lagi karena jalananya sungguh licin, dan banyak kubangan air, benar saja aku mulai kesusahan tak ada yang bisa ku pegang rumput disekitar terlalu rapun untuk ku jadikan tumpuan, Alhamdulillah kali ini sahabat saya mengulurkan tangannya dan menyemangatiku yang terlihat mulai kesusahan dan kecapean, ayo teh semangat….seru teh Sima dan teh Asri.

Perjalanan belum selesai kini jalan mulai sempit dihinggapi semak belukar dan rumput yang memanjang yang tidak terurus… Ya Allah dalam hati ini mengeluh padahal kalo di jadikan tempat pariwisata lumayan, penghasilan buat pemerintah juga, jalannya diurus, setidaknya bisa dilewati motor gitu seperti Tangkuban perahu biar enak . Cianjur-Cianjur aset ini kok dibiarkan saja.

Aku dibahagiakan dengan jembatan yang sudah mulai goyang, tubuhku yang besar merasakan gemetar takut roboh, tapi Alhamdulillah selamat. Kemudian tak jauh dari jembatan, perjalanan dilanjutkan menggunakan jalur sungai yang banyak bebatuan besar, kang Iman sebagai pemandu mengecek terlebih dulu keadaan jalan yang ada di depan, lebih kurang 10 menit kang Iman sudah membawa kabar baik. Perjalanan bisa dilalui ayo kita lanjutkan.

Asyik jalan lewat air aku senang banget… melihat air yang sangat jernih aku bersemangat, tapi jauh dari dugaan, setelah melewati air masih mendaki lagi melewati jalan tanah yang licin, banyak pohon yang rubuh, dahannya berserakan sedikit menggangu perjalanan kami tapi bisa dilalui.

Melihat bunda Aisyah bersemangat aku menjadi ikut bersemangat , anaknya naila sangat enerjik tidak terlihat lelah sama sekali apalagi perjalanan kali ini sudah mendekati tempat yang dituju batu yang lempar sudah terlihat dan sudah kami injak waw menyenangkan sekali. Sepatu kami mulai dibuka karna harus naik batu yang lumayan besar bisa-bisa jatuh kalau tidak dibuka karena licin.

Suara air terjun sudah mulai terdengar lelahpun hilang para peserta semua berlari menuju Curug Batu lempar dan inilah Batlem…….batu lempar yang sangat indah.

Bunda Aisyah mengeluarkan perbekalannya aku ikut nebeng makan bareng , bunda baik banget pokonya, pa dokter dan yang lainnya sedang bergaya avatar di depan air terjun entah untuk apa tujuannya aku hanya ingin menikmati suaranya, keindahanya jadi aku masih duduk memandangi air yang kian berjatuhan.

Haspan dan teman-teman lainnya langsung berenang bersama kang yasir, dan kang iman. Setelah puas menikmati air terjun bu najm memberikan pengarahan untuk senam otak bersama pa dokter, jurus-jurus senam otak dikeluarkan oleh pa dokter semua mengikutinya. Kata pa dokter air terjun itu bagus untuk mengaktivasi otak tengah.Subhanallah ternyata ciptaan Allah itu tidak ada yang sia-sia.

Acara terakhir di air terjun itu pengukuhan anggota FLP cianjur, semua diberi Pin satu persatu dan aku berharap perjalanan ini akan berbuah manis di masa yang akan datang, setelah sambutan dari teh Def perwakilan Flp Jabar dan foto bersama, akhirnya perjalanpun dilanjutkan kembali untuk pulang

Haspan dan temannya dua ksatria ini selalu membantuku dalam perjalanan, aku terpeleset di batuan licin menuju pulang mereka memberikanku tongkat, untuk berdiri menyemangati aku sampai aku kembali bersemangat, saat aku kelelahan mereka tidak membiarkaku sendiri mereka menungguku sampai aku kembali berjalan. Ya Allah persaudaraan ini begitu sangat indah walaupun baru bertemu mereka baik sekali padaku hingga akhirnya kita pulang dengan selamat…

11 April 2014

One step on my dream

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.